KM. Portal Himpas, - Peringatan empat tahun tragedi penembakan
terhadap aksi penolakan tambang di Kecamatan Parado berakhir dengan aksi pembacokan.
Akibatnya satu orang warga Parado Wane meninggal dunia dan satu lainnya
mengalami luka bacok.
Korban
meninggal diketahuai bernama Ahmad (40) Kaur Pembangunan dan Ekonomi Desa
Parado Wane, sedangkan korban luka, Munir (41) merupakan ketua Badan Permusayawaratan
Desa (BPD) desa setempat. Berdasarkan informasi yang dihimpun, insiden ini
terjadi usai upacara peringatan empat tahun tragedi tambang yang dilaksanakan
oleh mahasiswa dan pemuda di lapangan Desa Parado Kuta, Selasa (24/2).
Usai
upacara massa menggelar aksi konvoi keliling dan berorasi, kemudian insiden
inipun terjadi karena korban dianggap melarang sejumlah mahasiswa dan pemuda
untuk berorasi di desa Parado Wane. Sejumlah pemuda Parado Rato yang tidak menerima
larangan itu kemudian mendatangi dan membacok korban. Akibatnya, Ahmad meninggal
dunia sebelum dilarikan kerumah sakit, sementara Munir korban luka bacok dilarikan ke Puskesmas dan mendapatkan 10
jahitan di lengan kiri.
Kapolres
Bima Kabupaten melalui Kabag Ops Polres Bima Kabupaten, Ajun
Komisaris Polisi (AKP) Muslih, yang ditemui di halaman Mapolsek Parado Rabu
(25/2) menjelaskan, warga Parado Wane yang tidak terima atas meninggalnya
korban kemudian menyerang ke Parado Rato, Polisi yang tiba dilokasi kejadian
kemudian menghalau dan membubarkan warga. “Hingga hari ini kami sudah
mengamankan tiga orang pelaku dengan inisial ZN, DY dan SL. Kemungkinan adanya
keterlibatan pelaku lain aparat masih melakukan pengembangan dan mengumpulkan
keterangan dari sejumlah saksi,”
jelasnya.
Selain
melakukan aksi penyerangan, warga Parado Wane juga melakukan aksi pengrusakan terhadap
tiga rumah mahasiswa desa setempat. Pengrusakan ini dilakukan karena warga tidak
terima mahasiswa desa setempat juga ikut terlibat dalam aksi peringatan tragedi
tambang sehingga menyebabkan salah satu warga desa Parado Wane meninggal. “Untuk
sementara situasi cukup kondusif, Pihak Kepolisian akan berupaya semaksimal
mungkin untuk menghalau agar tidak terjadi penyerangan susulan,” kata Kabag
Ops. Dia juga menambahkan bahwa personil yang disiagakan dari Polres Bima sebanyak
160 orang dan 69 orang dari anggota Brimob.
Sementara
suasana pemakaman korban meninggal yang dilaksanakan pada pukul 14:20 Wita, Rabu
siang dipadati ratusan warga. Saat Jenazah mulai memasuki lokasi Tempat
Pemakaman Umum (TPU) Desa Parado Wane, Isak tangis keluarga korban seakan tak
terbendung dan sesekali istri korban terlihat pingsan meratapi nasib yang
dialami oleh suaminya.
Munir,
salah satu korban luka bacok yang ditemui usai pemakaman mengatakan, saat
kejadian korban dan beberapa kaur desa lainnya sedang duduk dirumah Abdul Haris
kaur kesra Desa Parado Wane. Tiba-tiba
datang sejumlah pemuda dari Parado Rato dengan membawa senjata tajam berupa
parang. “Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba korban dikeroyok oleh ZN dan DY dengan
menggunakan senjata tajam dan saat itu korban berusaha membela diri menggunakan
balok kayu, namun tak mampu menahan serangan hingga akhirnya kandas terkena
sabetan senjata tajam dibagian punggung belakang,” katanya.
Menurut,
Munir dirinya juga menjadi salah satu korban pembacokan yang dilakukan SL warga
parado rato. “Lengan kiri saya terkena
sabetan senjata SL, namun saat mencoba mengarahkan serangan kedua kearah ke
kepala tiba-tiba senja tajam yang dipegang SL lepas dari gagannya, sehingga
saya dapat selamat meski harus mendapat
10 jahitan di lengan,” ucapnya penuh syukur. (Son/Ipul)