KM. Portal Himpas, - Bawang Merah merupakan komoditi andalan Kabupaten Bima. Bahkan sejak 2009
lalu, Kabupaten Bima dijadikan sentra benih bawang merah nasional. Seiring
dengan semakin populernya komoditi ini membuat para petani dan SKPD di beberapa
daerah di Indonesia ingin berkunjung dan mempelajari pembudidayaan bawang merah
di Kabupaten Bima.
Terbukti beberapa hari
yang lalu rombongan Dinas Perkebunan dan Holtikultura,
Kabupaten Kolaka Utara, Propinsi Sulawesi Tenggara melakukan studi banding
mengenai cara pembudidayaan tanaman bawang di Kabupaten Bima. Rombongan yang
terdiri dari 9 orang itu tiba di Kabupaten Bima pada, Rabu (15/10). Kegiatan
ini dilakukan sejak tanggal 16 hinga 17 Oktober 2014. Selama dua hari para peserta akan melakukan kunjungan di dua kecamatan yaitu Kecamatan
Sape dan Monta.
Kepala Bidang Holtikultura Kabupaten Kolaka
Utara, Haerudin, Sp yang ditemui di Desa Tangga Kecamatan Monta, Jum’at (17/10)
mengatakan, tujuan kegiatan studi banding adalah untuk memenuhi keinginan
petani di Kabupaten Kolaka Utara yang ingin mengembangkan tanaman bawang merah.
“Kabupaten Bima dipilih sebagai lokasi studi banding karena memang pengembangan
bawang merah di sini sudah terkenal hingga manca negara,” katanya.
Peserta terbanyak dalam rombongan ini adalah
petani karena dari 9 orang peserta terdiri dari 7 orang petani dan hanya 2
orang dari pegawai Holtikultura setempat. Selama menjalankan kegiatan studi
banding para peserta dibantu oleh 3 orang pegawai dari Dinas Pertanian
Kabupaten Bima dan saat mengunjungi lokasi kecamatan rombongan ini juga akan didampingi oleh Pegawai Pertanian dan BP3K di tingkat kecamatan.
Haerudin, mengaku kunjungan di Kecamatan Monta
merupakan kunjungan kedua setelah sehari sebelumnya telah melakukan kunjungan
di Kecamatan Sape. “Ini adalah kunjungan kedua setelah kemarin kami berkunjung
di Kecamatan Sape,” ujarnya.
Untuk lebih memahami tentang proses budidaya bawang
merah, para peserta aktif untuk bertanya mengenai proses pengolahan lahan,
varietas yang digunakan, pemeliharaan, penanganan hama dan penyakit, serta
proses pemanenan bawang merah. Antusiasme peserta ini wajar, mengingat bawang
merah adalah salah satu komoditas yang belum banyak dikembangkan di Sulawesi
Tenggara, namun sering kali sangat mahal harganya.
Setelah puas berdiskusi dan melihat sendiri
proses budidaya bawang merah di Kabupaten Bima, para Peserta studi banding
kembali dengan optimisme yang cukup tinggi. Mereka ingin mengaplikasikan
pengetahuan yang telah mereka dapat di daerah, melalui pemanfaatan lahan yang
selama ini sudah berjalan. Mereka juga berkeinginanagar wilayah mereka menjadi
daerah yang dapat menghasilkan bawang merah. [AL]