KM.
Portal Himpas, - Dalam
rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Rebuplik Indonesia yang Ke-69 Tim penggerak
PKK Kecamatan Monta, Kabupaten Bima menggelar kegiatan lomba “Rimpu” (pakaian
tradisional wanita bima) kegiatan lomba yang dilaksankan di aula kantor Camat
Monta pada Kamis (21/08) itu di ikuti oleh ibu-ibu dari seluruh instansi
pemerintahan di Kecamatan Monta seperti Instansi pendidikan, kesehatan,
pertanian bahkan instansi pemerintahan desa ikut andil dalam kegiatan ini.
Rimpu merupakan salah satu busana tradisional wanita daerah bima yang
terbuat dari dua lembar kain atau sarung dalam bahasa bima disebut (tombe
nggoli) yang bertujuan untuk menutup bagian tubuh. Satu lembar untuk menutup
bagian kepala sampai kebawah dan satu lembarnya lagi sebaga pengganti rok.
Cara pemakaiannya pun cukup mudah, satu lembar sarung pertama dililit
mengikuti arah kepala dan muka kemudian menyisahkan ruang terbuka pada bagian
mata atau wajah. Sedangkan untuk membuat rok sarung yang kedua cukup dililitkan
pada bagian perut dan membentuknya seperti rok kemudian mentangkupkan pada
bagian kanan atau kiri pinggang.
Dalam kegiatan lomba ini sejumlah Ibu-ibu menunjukan kebolehannya dalam
mengenakan Rimpu dihadapan 4 orang dewan juri. Nurasiah, salah seorang peserta
dari Desa Monta, Kecamatan Monta mengaku senang mengikuti lomba selain bisa
menunjukan kebolehan dihadapan juri dia juga merasa bangga bisa mengenakan
rimpu yang merupakan pakaian tradisional wanita bima jaman dulu.
Menurut dia, Jaman sekarang sudah jarang sekali terlihat perempuan Bima
yang mengenakan rimpu kecuali di daerah-daerah tertentu saja “Mudah-mudahan
melalui lomba ini kita dapat mempertahankan budaya-budaya lokal yang kini
hapir punah dan bisa meperkenalkan budaya rimpu kepada generasi-generasi sekarang
sehingga mereka tidak merasa asing dengan budayanya sendiri,” tuturnya.
Berdasarkan data dari beberapa sumber Rimpu merupakan busana adat harian
tradisional yang berkembang pada masa kesultanan, sebagai identitas bagi wanita
muslim di Bima. Rimpu mulai populer sejak berdirinya Negara Islam di Bima pada
15 Rabiul awal 1050 H bertepatan dengan 5 Juli 1640.
Masuknya rimpu ke Bima amat kental dengan masuknya Islam ke Kabupaten yang bermotokan
Maja Labo Dahu ini. Pedagang Islam yang datang ke Bima terutama wanita Arab
menjadi inspirasi kuat bagi wanita Bima untuk mengidentikkan pakaian mereka
dengan menggunakan rimpu.
Adanya perbedaan penggunaan rimpu antara yang masih gadis dengan yang telah
bersuami, secara tidak langsung menjelaskan pada masyarakat terutama kaum pria
tentang status wanita pada zaman itu. Bagi kaum pria terutama yang masih
lajang, melihat mereka yang mengenakan rimpu mpida merupakan pertanda baik.
Apalagi, jika pria lajang tersebut sudah berkeinginan untuk segera berumah
tangga. Dengan sendirinya, pria-pria lajang akan mencari tau keberadaan gadis
incarannya dari cara pemakaian sarung. [Bya]