KM. Portal Himpas, - Nasib malang dialami
oleh Nabila bocah berusia satu tahun asal Desa Simpasai, Kecamatan Monta,
Kabupaten Bima usai mendapatkan perawatan medis di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Monta akibat Gizi Buruk yang dialami, kini tangan dan kakinya
mengalami pembengkakan dan bagian punggung menghitam seperti luka bakar.
Menurut Mardan (40) Nenek korban, peristiwa itu
bermula 20 Juni lalu karena berdasarkan temuan Tim Kesehatan Puskesmas Monta,
cucunya mengalami gizi buruk dan harus ada tindakan lanjutan. Kemudian atas
ajakan petugas Nabila dibawa ke Puskesmas, “sesampainya di rumah sakit cucu
saya langsung ditangani oleh petugas yang memberinya tindakan, seperti infus di
tangan dan kakinya,” kata dia.
Sehari kemudian Nabilan keluar dari rumah sakit dan
kondisinya malah bukan semakain membaik, tetapi kian hari, kian memburuk dan
pembengkakan pun terus terjadi terutama dibagian tangan dan kaki, sementara
bagian punggung kebawah terlihat menghitam seperti luka bakar. Melihat kondisi
cucunya yang semakin memburuk, Mardan kembali mendatangi Puskesmas Monta
pada hari Sabtu (28/06) untuk menanyakan hal ihwal yang terjadi pada cucunya
pasca perawatan yang dilakukan oleh petugas dan pada hari itu petugas hanya
memberikannya surat rujukan ke RSUD Bima.
Mardan mengakui, Sebelum dirawat oleh petugas kondisi
Nabila baik-baik saja dan tidak seperti pada hari ini, hanya saja pada waktu
itu dia terlihat kurus, namun yang membingungkannya, kenapa setelah ditangani
oleh petugas malah kondisi kesehatan Nabila menjadi memburuk. Kalaupun Nabila
harus dirawat lanjut ke RSUD Bima, siapa yang akan membiayainya? Sementara
Nabila adalah anak yatim sedangkan Ibunya hanyalah seorang TKW yang sekarang
bekerja di Arab Saudi, “kami sendiri orang susah dan tidak memiliki
penghasilan tetap, jadi sangat kesulitan untuk pengobatan lanjutan bagi cucu
kami,” katanya di depan Puskesmas Monta Sabtu kemarin saat menunggu surat rujukan
yang dikeluarkan oleh petugas
Abdurrahman, A.Mg Koordinator Gizi Puskesmas Monta
membenarkan bahwa sebelumnya bocah asal Desa Simpasai ini pernah dirawat
atas ajakan petugas “ini adalah kali kedua, karena sebelumnya pada tanggal 20
Juni 2014, satu minggu yang lalu dia pernah dirawat atas ajakan petugas,”
jelasnya.
Ketika ditanya mengenai adanya malpraktek atau
tindakan diluar prosedur yang dilakukan oleh petugas, Abdurrahman membantahnya
“tidak ada malpraktek yang dilakukan oleh petugas kalaupun terjadi pembengkakan
memang kondisi gizi buruk akan berkembang terus,” katanya di Puskesmas Sabtu
kemarin.
Selain itu, Petugas Gizi Puskesmas Monta Sri
Parmusiwati, A.Mg menjelaskan setelah kita temukan pasien atau sasaran
Gizi Buruk dilapangan kita bujuk orang tuanya untuk mendapatkan perawatan.
Sesampainya di Puskesmas, dari pemeriksaan dokter tidak ada penyakit penyerta
akhirnya hanya penanganan gizi saja atau terapi gizi dan nanti kita akan
buatkan formula 75 setelah kondisi anak memulih baru kita akan bikinkan formula
100 sambil diberikan makanan tambahan. Tetapi dengan alasan kondisi orang
tua yang sibuk mencari nafkah karena kakek dan neneknya yang hanya menjadi
buruh bata, keluarga pasien meminta keluar secara paksa dan kami tidak mampu
menahannya.
Parmusi juga menyayangkan tindakan orang tua karena
sebenarnya perawatan Gizi Buruk paling cepat tiga hari baru bisa dikeluarkan,
namun dengan berbagai alasan pihak keluarga ingin mengeluarkan bocah tersebut
dan hanya mau menginap satu malam saja kemudian pada pagi harinya kelurga
pasien berkemas untuk pulang.
Sementara untuk hari ini kita tidak mengambil tindakan
apa-apa, karena melihat kondisi kami langsung memberikan rujukan ke RSUD
takutnya kita disalahkan kenapa anak sudah separah ini disimpan lama, “lebih
baik dirujuk supaya cepat ditangani karena disana komplit dan ada dokter
spesialisnya, tadi prosesenya sedikit lama karena memang menunggu surat
keterangan tidak mampu kalau tidak ada keterangan maka susah ditangani oleh
orang disana,” kata Parmusi. [AL]