KM. Portal Himpas, - Dengan adanya
program bumi sejuta sapi yang dicanangkan oleh Pemerintah Propinsi NTB memberikan
angin segar bagi warga yang ingin menggeluti dunia peternakkan dengan
mengajukan proposal kelompok. Kelompok tani ternak “La Jako” adalah satu dari
tujuh kelompok di Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, yang mendapat bantuan
pemerintah pada tahun 2011 dan hingga kini masih terus eksis dan berprestasi
dibidangnya.
Sebagai ketua kelompok yang
mendapat kepercayaan dari Pemerintah, Drs. Muh. Firdaus dan kawan-kawan sangat
menjaga kepercayaan yang diberikan oleh Pemerintah dengan usaha menjalankan
program dengan baik seperti apa yang diharapkan. Dari tujuh kelompok yang
mendapatkan bantuan saat itu, kelompok tani ternak “La Jako” yang dipimpin,
Firdaus, mendapatkan bantuan program penyelamatan sapi betina produktif dengan
kucuran dana sebesar 250 juta rupiah.
Menurut, Firdaus, Dari
kucuran dana sebesar 250 juta rupiah penggunaan dana akan dibagi dua, “sebanyak
60 % digunakan untuk membeli sapi dan sisanya 40 % digunakan untuk biaya
operasional seperti membuat kandang, honor pendamping dan untuk membeli
obat-oabatan,” katanya.
Dengan menjalankan Program
penyelamatan sapi betina, kelompok “La Jako” mulai melakukan pengadaan sapi
diakhir tahun 2011 dengan jumlah sapi pejantan sebanyak 10 ekor dan sapi betina
sebanyak 28 ekor dan jumlah keseluruhan sapi yang diternakkan oleh kelompok La
Jako sebanyak 38 ekor.
Setelah anggota kelompok
mendapatkan jatah sapi masing-masing, “kami memusyawarakan pola perawatan dan
membagi jadwal penjagaan dikandang untuk menghindari ternak keluar kandang dan
mencegah adanya kemalingan. sementara untuk pola pemberian pakan, anggota
kelompok bertanggung jawab untuk merawat dan menyediakan pakan terhadap jatah masing-masing yang telah
dibagikan,” katanya.
Dengan kerja keras dan fokus
untuk memajukan usaha kelompok, Firdaus dan kawan-kawan kini bisa memetik
hasilnya dari 38 ekor sapi yang dimiliki oleh kelompok saat itu, kini di tahun
2014 sapi yang dimiliki kelompok “La Jako”
telah berkembang menjadi 85 ekor dan akan di Revolfing kepada warga lain
yang memiliki minat untuk mengembangkan usaha ternak.
Istilah Revolfing menurut,
Firdaus, “adalah upaya pemerintah untuk memeratakan penyebaran sapi dan
memberikan kesempatan kepada warga lain untuk memelihara sapi betina produktif,
dan memetik hasilnya selama tiga tahun, kemudian akan direvolfing lagi begitu
juga seterusnya,” kata dia.
Namun dalam hal revolfing,
Firdaus dan kawan-kawan akan lebih berhati-hati untuk menyerah sapi yang akan
direvol, “sebelum kami menyerahkan sapi-sapi yang akan direvol tentu kami harus
berkoordinasi dengan Pemerintah Desa dan Dinas Peternakan untuk menentukan
warga atau kelompok mana yang akan diserahi tanggung jawab untuk memelihara
sapi. Jika tidak sangat disayangkan ketika jatuh ketangan yang tidak
bertanggung jawab dan program pemeliharan sapi betina produktif yang
dicanangkan oleh pemerintah akan macet,” tegasnya.
Selain
prestasi yang dimiliki, Kelompok Tani Ternak “La Jako” juga pernah
dijadikan lokasi studi banding yang dilaksanakan
oleh Dinas Peternakan asal Kalimanta pada tahun 2012 lalu. Dalam kegiatan studi
banding yang dilaksanakan selama dua hari itu banyak sekali pertanyaan yang
diajukan oleh peserta seperti “bagaimana
kelompok La Jako tetap eksis menjalankan program pemerintah, bagaimana ketua kelompok
dapat mengorganisir anggota kelompoknya dan pertanyaan-pertanyaan lain yang
saya jawab dengan kondisi yang ada sekarang,” kata Firdaus, mengakhiri
wawancara yang dilakukan pada Jum’at (21/02/14). [AL]