KM. Portal Himpas, - Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 109 Tahun 2012 yang mewajibkan para produsen rokok untuk memasang gambar
menyeramkan atau Pictorial Health Warning (PWH) pada Juli 2014 lalu, cukup memberikan
pengaruh yang begitu signifikan pada mayoritas penikmat rokok pasalnya dengan
melihat gambar seram dibungkusan rokok membuat konsumen takut dan banyak yang
mulai meningglkan kebiasan ini.
Salah
satunya Nurkholis (30), konsumen rokok asal Desa Baralau, Kecamatan Monta, mengaku
sejak mulai diberlakukannya PWH dan beredarnya kemasan rokok bergambar seram dia
menggaku telah meninggalkan kebiasaannya
untuk merokok.
“Kemarin-kemarin
saya sempat ganti rokok yang tidak ada gambarnya, tapi sekarang tidak ada lagi.
Kalaupun masih ada harganya pasti mahal. Jadi dari pada saya mencari kesana
kemari rokok yang tidak bergambar mending kebisaan merokok saya tinggalkan,"
kata Kholis yang mengaku sudah merokok sejak masih duduk di bangku SMU ini.
Pernyataan
serupa juga diutarakan Hadi (27), pemuda asal Desa Tangga. Menurut dia,
belakangan terakhir sangat sulit mencari rokok yang tidak bergambar seram. Dia
pun cukup terpengaruh terhadap bungkus rokok yang beredar saat ini.
Konsumen
merasa risih melihat bungkus rokok yang dijual saat ini. Sebab, tampilan
gambarnya sangat menakutkan. “Tetapi mau dibilang apa, itu sudah menjadi perauturan
pemerintah dan banyak teman-teman saya yang telah meninggalkan kebiasan merekok
akibat merasa risih dengan melihat gambar yang ada dalam bungkusan rokok,” katanya.
Selain
itu, Ahmad (40) salah seorang pedagang kaki lima di perempatan cabang Tente, Kecamatan
Woha, mengaku, sejak beredarnya rokok
bergambar omzet penjualannya menurun.
Sejak dikeluarkannya rokok bergambar kata dia, pembeli
akan lebih selektif memilih rokok, namun setelah ditawarkan rokok bergambar banyak
pembeli yang membatalkan niatnya dengan alasan merasa risih dan takut melihat
bukungkusannya. “Dengan demikian otomatis
penjualan rokok pun menurun. Biasanya pada hari-hari sebelumnya rokok bisa
terjual 2-3 slop perhari tapi sekarang hanya seperempat saja,” kata dia, Selasa
(19/08). [AW]