KM. Portal Himpas - Bagi sebahagian siswa kegiatan
belajar mungkin tidak akan menjadi beban karna setiap kebutuhan sekolah akan
menjadi tanggung jawab orang tua. Tetapi bagi Mirna 10 tahun asal Desa Sie,
Kecamatan Monta mungkin tak seberuntung temannya yang lain kerena sejak Ibunya
meninggal beberapa tahun lalu dia harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan
sekolahnya sendiri.
Sejak ditinggal Ibu akibat mengalami penyakit kangker,
kini Mirna tinggal bersama ayahnya di RT.19/RW.04 Desa Sie. Karena kondisi
ayahnya sekarang sering sakit-sakitan membuat dia tak dapat menggantungkan
harapan bahwa biaya sekolah dapat ditanggung oleh ayahnya. Dengan tekad untuk
melanjutkan sekolah Ia berusaha mendapatkan penghasilan walaupun harus menjadi
penjual sayur.
Meski sekarang sekolah telah digratiskan oleh
pemerintah, tetapi untuk membeli, seragam buku tulis, sepatu dan kebutuhan lain
dia harus berusaha sendiri. Bocah perempuan usia 10 tahun yang masih duduk di
bangku kelas IV (empat) Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sie ini, juga tak semujur
teman-teman lainnya karena setiap pulang sekolah dia harus membantu neneknya
untuk mencuci piring dan menyapu halaman, kemudian dia akan berangkat kerumah
salah seorang tetangga untuk membantu menjualkan sayur dagangannya keliling
kampung.
Wajah Mirna mungkin tak asing bagi Ibu-ibu disekitar
lingkungan Desa Sie, karena pada sore hari ia selalu menawarkan sayuran kepada
ibu-ibu disekitar lingkungannya dan bahkan sayur segar jualan Mirna menjadi
langganan ibu-ibu untuk membuat bahan makanan keluarga. Berjualan sayur dengan
cara menjunjung, Mirna tidak hanya menjual sayuran saja tetapi juga menjual
ikan dan bahan makanan lain yang dibutuhkan oleh ibu-ibu rumah tangga untuk
mengolah masakan keluarganya.
Ketika hari mulai senja Mirna dan kawan-kawan akan
pulang untuk menyetorkan hasil dagangannya kepada Ibu Nani si pemilik sayur dan
dia pun mendapat upah sekitar lima ribu rupiah perhari tergantung banyak
dagangannya yang laku dan kadang ketika ia pulang Ibu Nani juga memberikan lauk
berupa ikan untuk ia makan bersama ayah dan neneknya.
Pada hari libur Mirna tak memiliki waktu untuk bermain
seperti teman-teman lainnya, karena pada hari libur, ia banyak dimintai bantuan
oleh tetangga terutama ibu-ibu yang memintai bantuan untuk membantunya
membersihkan halaman, mencuci, dan beberapa pekerjaan lainnya bahkan menitipkan
anak ketika mereka bepergian. Dari pekerjaan ini mirna mendapat upah sebanyak
sepuluh ribu rupiah. kemudian upah yang didapat dari menjual sayur dan membantu
tetangga digunakannya untuk membiayai dan membeli kebutuhan sekolah.
Mungkin kisah “Mirna” adalah sepenggel cerita tentang
perjuangan anak-anak bangsa di Negeri ini yang ingin tetap melanjutkan sekolah
meski hidup di dalam kekurangan dan keterbatasan biaya. Untuk itu, perlu
perhatian kita bersama untuk membantu generasi-generasi bangsa agar tetap
bersekolah meski hidup mereka dalam keterbatasan dan kekurangan biaya
pendidikan. [BYA]
Baca juga disini: KAMPUNG MEDIA Citizen Journalism