KM.
Portal Himpas, - Bagi Nurdin (38 thn)
kegiatan bertani adalah sumber pencaharaian utama untuk menafkahi keluarga.
Namun bukan sebuah pilihan yang baik baginya untuk menggarap persawahan di
lokasi tadah hujan, yang berada Dusun Nadi, karena dia tidak memiliki lahan
sawah di lokasi yang memiliki cukup air dan irigasi
yang memadai.
Selain itu, Dusun
Nadi adalah salah satu dusun pesisir dan terpencil yang masuk dalam Wilayah
Desa Laju, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima. Tinggal di daerah terpencil
menjadi pilihan hidup bagi Nurdin dan keluarga karena keterbatasan ekonomi.
Dengan menempati
sebuah gubuk yang dijadikan tempat tinggal tetap, bersama istri dan tiga orang
anaknya, meberikan semangat baginya untuk tetap tabah mengahadapi cobaan hidup.
Namun yang menjadi masalah baginya adalah ketika padi yang telah ditanam dan
kini telah berumur dua bulan belum juga mendapatkan pengairan yang memadai
“jika hujan belum turun dalam beberapa hari kedepan, kemungkinanan kami akan
gagal panen,” keluh, Nurdin.
Biasanya pada
musim panen tahun lalu, Nurdin dapat memanen gabah sebanyak delapan hingga
sembilan karung, “untuk tahun ini saya belum dapat memastikan jumlah yang
akan dipanen, karena masih berharap hujan akan turun, untuk membantu padi
berbulir,” katanya.
Dalam keputus
asaan, Nurdin berharap agar pemerintah dapat memperhatikan kebutuhan para
petani khususnya di wilayah terpencil Dusun Nadi karena rata-rata para petani
yang berada di sini hanya dapat menggarap sawah tadah hujan karena letak
geografisnya, “sementara penentu sukses dan gagalnya panen hanya tergantung
pada faktor cuaca dan curah hujan,” tuturnya.
Seandainya
saja pemerintah berkenan untuk memberikan bantuan kepada petani dan yang
menjadi kebutuhan dasar petani disini adalah "alat penunjang seperti pompa
air yang dapat dimanfaatkan
ketika hujan tidak turun,” katanya, pada KM. Portal Himpas dalam “Kegiatan Ekspedisi Menggali Potensi Wilayah”
di Dusun Nadi pada hari minggu (2/3/14). [AL]