Sejarah Keberadaan Dusun Diha

Saturday 11 August 20120 comments



Oleh: Ridwan Himpas
Sejarah atau history diibaratkan seperti mata rantai apabila salah satu dari mata rantai itu putus maka akan putus semua, sejarah dapat menguak masa lalu tetang suatu tempat dan wilayah tertentu yang memiliki nilai dan makna tersendiri.
Pada hakikatnya prinsip hidup masyarakat lampau bersifat nomaden serta menganut kepercayaan animisme dan dinamisme atau lebih spektakuler dipahami oleh masyarakat suku Bima pada umumnya yaitu makamba makimbi (mempercayai bahwa tempat-tempat tertentu memiliki kekuatan gaib dan dianggap sakral seperti batu-batu besar, pohon, keris, dll).
Secara administratif Dusun Diha merupakan suatu wilayah yang ada di Desa Sie Kec. Monta yang sebelumnya tidak serta merta langsung tinggal di wilayah tersebut, tapi ada misteri yang perlu dipelajari oleh generasi, sehingga Insan  generasi Dusun Diha memahami jati dirinya.
 Adapun yang tinggal dan menetap di sini merupakan pendatang dari berbagai wilayah yang memiliki karakteristik beragam, dengan alasan untuk bercocok tanaman baik berupa padi, kedalai, jagung, ubi kayu dll. Pada tahun 1930 diberilah sebuah nama dusu ini sebagai nama Diha, karena pada saat itu didominasi oleh orang-orang Ncera dan dincerapun ada yang namanya sebuah dusun yaitu Dusun Diha, maka diadopsilah nama Dusun tersebut.
Dusun ini memeliki tradisi walaupun tidak jauh beda dengan tradisi-tradisi kampung lain, setiap ada acara-acara ritual Keagamaan seperti Sunat/khitan, dan Perkawina dalam rangka menghibur para tamu yang datang keberbagai desa yang diundang oleh keluarga yang berhajad.  Pada saat sunat akan diadakan MAKA, sedangkan pada saat Pernikahan diadakan KALERO.
Budaya-budaya Kalero dan Maka tersebur sudah terkuras dikarenakan masyarakat melanjutkan wasiat rutinitas petua terdahulu, ataukah memang masyarakat sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga budaya tersebut tidak lagi digunakan.
Disisi lain dusun Diha memiliki tempat yang unik ada sebuah batu besar yang memiliki tiga (3) trowongan pada jaman dulu kata H. Ibrahim dihuni oleh Ncuhi Laraji. Ncuhi Laraji ini masih melekat di masyarakat meliki kekuatan yang sakral.
Dilain tempat diha memiliki tempat-tempat yang ideal untuk dijadikan tempat wisata karna dilihat dari lahan yang masih kosong dengan mata Air memadai, disitu terdapat dua tempat  yang biasa dijadikan obyek wisata masyarakat sekitarnya yaitu kalatembira dengan diwutera, namun sampai sekarang belum dimamfaatkan secara optimal.

sejarah adalah kebenaran dan kebenaran yang absolud adalah merupakan suatu ilmu pengetahuan”
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. KAMPUNG MEDIA PORTAL HIMPAS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger